Perjalanan Ke China
Sejak itu, Kanton yang juga dikenal
dengan nama "Kota Lima Kambing" (Wuyangcheng) melimpah hasil
bumi. Tanaman pangan tumbuh subur di kota yang terletak di muara Sungai Mutiara
(Zhu Jiang) itu. Karena berada di pertemuan antara sungai dan laut, Kanton
menjadi pusat komersial dan perdagangan utama Tiongkok, yang makmur.
Jejak Guangzhou panjang. Guangzhou
menjadi bagian Tiongkok sejak abad ke-3 SM (214 SM). Para pedagang Arab dan
Hindu sudah masuk Guangzhou pada abad ke-10. Kanton yang juga sering disebut
Kwangchow atau Kuang-chou, dan sekarang Guangzhou, menjadi pelabuhan pertama
yang secara rutin dikunjungi para pedagang dari Eropa. Para pedagang Eropa-lah
(Portugal) yang memberi nama kota itu Kanton.
Dari sinilah kemudian lahir cerita
Perang Candu (1839-1842 dan 1856-1860). Perang antara Tiongkok di bawah Dinasti
Qing yang memerintah dari 1644 hingga 1911/1912, dan Inggris. Ini merupakan
perang pertama Tiongkok dengan Barat.
Dari kacamata Tiongkok, Perang Candu
dianggap sebagai awal konspirasi Barat untuk menghancurkan Tiongkok dengan
candu dan kapal meriam. Salah satu hasil perang ini, Tiongkok harus menyerahkan
Hongkong kepada Inggris berdasarkan Perjanjian Nanjing (1842), dan Tiongkok
harus membuka beberapa kota lainnya. Inilah babak penghinaan terhadap Tiongkok.
Namun, Guangzhou bukan hanya tempat
lahir Perang Candu, melainkan juga menjadi ibu kandung gerakan revolusioner di
bawah pimpinan Sun Yat-sen pada tahun 1911. Di kota inilah Republik Tiongkok
(China) diproklamasikan.
Dari Guangzhou, pasukan Nasionalis
Chiang Kai-shek bergerak menuju utara tahun 1920-an dan membentuk pemerintahan
di Nanjing. Namun, ketika Guangzhou pada akhir Oktober 1949 jatuh ke tangan
tentara komunis, menjadi penanda jatuhnya seluruh Tiongkok ke kekuasaan komunis
pimpinan Mao Zedong.
Pintu ke Selatan
Kini, Gungzhou, kota berpenduduk 16
juta jiwa, menjadi kota terbesar ketiga di Tiongkok. Guangzhou menjelma menjadi
salah satu urat nadi kehidupan Tiongkok; kota pusat industri dan perdagangan.
Ia merupakan pintu gerbang Tiongkok bagian selatan ke Laut Tiongkok Selatan,
yang sekarang menjadi mandala persaingan kekuatan besar. Posisi ini menjadikan
Guangzhou sangat penting dan strategis.
Sejak zaman dulu, Guangzhou menjadi
pintu gerbang Tiongkok ke selatan. Bahkan, Guangzhou disebut-sebut sebagai
tempat asal-muasal makanan cina yang kini tersebar di berbagai sudut dunia.
Dari daratan Tiongkok, berbagai jenis makanan cina dibawa keluar dari Tiongkok
lewat Pelabuhan Guangzhou, pada masa lalu, bahkan hingga kini. Bukan hanya
makanan, para imigran dari daratan Tiongkok pun meninggalkan Tiongkok melewati
Pelabuhan Guangzhou menuju tanah harapan baru, termasuk Indonesia di zaman
dahulu.
Dari Pelabuhan Guangzhou-yang dulu
menjadi awal dari Jalur Sutra Maritim-hubungan dagang dengan negara lain
melalui jalur laut bermula. Kini, Pelabuhan Guangzhou berhubungan dengan lebih
dari 300 pelabuhan di lebih dari 80 negara di seluruh dunia. Tahun lalu,
pelabuhan ini menangani 520 juta ton kargo; yang berarti nomor empat di seluruh
Tiongkok dan nomor enam di dunia.
Guangzhou juga berhubungan dengan
dunia luar lewat Bandara Internasional Baiyun Guangzhou. Kata baiyun,
yang berarti 'awan putih', diambil dari nama Gunung Baiyun yang ada tak jauh
dari bandara. Tahun lalu, bandara ini menangani 55,21 juta penumpang dan 1,54
juta ton kargo. Diperkirakan tahun 2020 Baiyun akan menangani 80 juta
penumpang.
Baiyun, yang memiliki tiga landasan
pacu, merupakan bandara tersibuk ketiga di Tiongkok setelah Beijing dan
Shanghai.
Mausoleum Nanyue
Guangzhou yang juga disebut sebagai
"Kota Bunga" bukan hanya menjadi salah satu "jantung"
perekonomian Tiongkok. Kota ini juga bagaikan buku lama yang mengisahkan masa
lalu. Masa lalu yang penuh misteri, yang memelihara kekuatan mitologi bagi
rakyat Tiongkok dan orang luar. Selama lebih dari dua ribu tahun, para penguasa
mengklaim sebagai pemegang Mandat dari Surga dengan kekuasaan semi-abadi, dan
berdiri tegak sebagai Kerajaan Tengah di antara negara-negara barbar.
Kompas/Trias KuncahyonoGuangzhou,
Kwangchow, dulu Kanton, yang juga disebut sebagai "Kota Bunga" bukan
hanya menjadi salah satu "jantung" perekonomian Tiongkok. Kota ini
juga bagaikan buku lama yang mengisahkan masa lalu. Masa lalu yang penuh
misteri, yang memelihara kekuatan mitologi bagi rakyat Tiongkok dan orang luar.
Kini, ketika zaman sudah berubah dan
Tiongkok bersentuhan dengan dunia luar, negeri itu tetap menjadi kekuatan besar
dunia. Menara Kanton yang sebelumnya dikenal dengan nama Menara Guangzhou TV
& Sightseeing menjadi salah satu wujud kekuatan itu. Menara ini
berketinggian 610 meter (sampai antena puncak), atau 454 meter jika hanya
sampai atap. Dari lantai puncak menara terlihat pemandangan indah Kanton dan
Sungai Mutiara.
Museum Mausoleum Raja Nanyue dari
Dinasti Han Barat yang terletak di Jalan Jiefang Bei, Guangzhou, adalah bukti
kejayaan masa lalu. Disebut-sebut mausoleum ini merupakan makam tertua dari
Dinasti Han (206 SM-221 M). Pemilik makam ini adalah raja kedua, Zhao Mei, dari
Negara Nanyue, Dinasti Han Barat (206 SM-24 M). Sebagai salah satu dari 80
museum terkenal di dunia, museum ini memiliki luas 14.000 meter persegi.
Dinasti Han terkenal dalam sejarah
Tiongkok karena beberapa penemuan pentingnya. Kertas sebagai contoh ditemukan
pada tahun 105 M oleh seorang sarjana yang bernama Cai Lun saat pemerintahan
Kaisar Han Hedi (88-106). Penemuan kertas yang berasal dari bambu ini
benar-benar merombak secara total penulisan buku-buku serta mendorong kemajuan
dalam dunia tulis-menulis.
Pada masa pemerintahan Kaisar Han
Wudi (141-87 SM) terjadilah hubungan antara Barat dan Timur yang dikenal dengan
nama Jalur Sutra. Hubungan ini berawal dari ekspedisi yang dipimpin Zhang Qian,
utusan Han Wudi, guna menjalin hubungan persekutuan dengan negara-negara lain
untuk bersama-sama menghadapi serangan bangsa barbar (Xiongnu).
Persentuhan Tiongkok dengan Barat
terlihat dari Gereja Katedral Hati Kudus Yesus yang oleh orang Kanton disebut
Gereja Katolik Shishi (Batu), sebuah gereja Katolik Roma. Gereja yang terletak
di Jalan Yide dekat Lapangan Haizhu tak jauh dari stasiun metro (tidak sampai
10 menit jalan kaki) ini dipandang sebagai "Notre Dame Asia Timur".
Katedral ini dirancang oleh dua arsitek Perancis dan diselesaikan oleh para
tukang dan seniman Tiongkok dalam tempo 25 tahun mulai tahun 1863 hingga 1888.
Dua menara kembar model Gotik
menjadi ciri khas Katedral Hati Kudus Yesus ini. Menara kanan dipasangi jam
berbentuk bulan. Pada batu fondasi ada tulisan "Jerusalem 1863" dan
batu fondasi lainnya bertuliskan "Roma 1863". Tulisan itu
melambangkan bahwa Kristianitas bermula di Jerusalem dan dikembangkan di Roma.
Di zaman Dinasti Tang (618-907)
dibangun sebuah masjid yang disebut Masjid Huaisheng. Masjid yang menempati
tanah seluas 2.966 meter persegi itu dibangun pada tahun 627, jauh lebih tua
daripada Gereja Hati Kudus Yesus.
Guangzhou masih menawarkan banyak
tempat lain lagi yang bisa dikunjungi seperti Sun Yat-sen Memorial Hall, Pulau
Shamian, Pasar Qingping yang merupakan pasar terbesar di Guangzhou dan menjadi
surga bagi para pelancong yang suka belanja, Kuil Enam Pohon Beringin, dan
Taman Yuexiu yang merupakan kombinasi antara relik kultural dan turisme
ekologi.
Alkisah, Perang Candu tinggal
menjadi bagian sejarah Kanton. Kini, Kanton (Guangzhou) menjadi pintu gerbang
Tiongkok ke Selatan untuk melancarkan perang dagang ke negara-negara lain,
termasuk ke Indonesia. ***
Oleh Trias Kuncahyono
Sumber: Koran
Kompas Sabtu 21 Mei 2016
Perjalanan; Alkisah, Cerita tentang Kwangchow
Reviewed by Unknown
on
21.43
Rating:
http://masadepan778.blogspot.com/2018/01/libatkan-200-peneliti-misteri.html
BalasHapushttp://masadepan778.blogspot.com/2018/01/tulisan-2000-tahun-ungkap-kisah-kaisar.html
http://masadepan778.blogspot.com/2018/01/soal-barter-sukhoi-dengan-hasil-kebun.html
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At vipkiukiu .net ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
- No Hp : +855-8173-4523